Jumat, 30 April 2010

KARIMUN JUARA UMUM MTQ III PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Karimun keluar sebagai juara umum MTQ II Provinsi Kepri. Posisi kedua ditempati tuan rumah, Kota Batam disusul Kota Tanjungpinang. Pengumuman ini disampaikan dalam malam penutupan MTQ Kamis (29/4/2010) di dataran Engku Putri, Batam

Ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) III Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) telah berakhir, Kamis (29/4). Acara tersebut resmi ditutup oleh Wakil Gubernur Kepri, H M Sani yang sekaligus Ketua LPTQ Kepri di Dataran Engku Putri Batam Center. Dalam perhelatan akbar tersebut kafilah Kabupaten Karimun berhasil mendapat juara umum. Karimun berhasil mengumpulkan nilai 124 mengalahkan Kota Batam 9 poin sehingga memaksa Batam menduduki peringkat kedua. Untuk peringkat ketiga sampai tujuh berturut-turut diduduki Kota Tanjung Pinang dengan nilai 26, Kabupaten Lingga dengan perolehan skor 21, Kabupaten Bintan dengan nilai 18 disusul dengan skor 17 Kabupaten Natuna. Dan terakhir Kabupaten Kepulauan Anambas memperoleh nilai 4. Nilai-nilai tersebut merupakan akumulasi dari kafilah yang menang dalam cabang yang dipertandingkan. Dalam sambutannya Sani mengatakan event atau kegiatan MTQ merupakan salah satu media pembelajaran dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa menuju terbentuknya insan qur’ani.
Sani berpesan kepada seluruh yang hadir untuk senantiasa meluruskan niat dalam mencari ridho Allah SWT dalam melakukan kegiatan apa pun. “MTQ telah dilaksanakan semoga menjadi motivasi kita mendalami dan mengamalkan Al Quran,” jelas Sani. Dalam kesempatan tersebut Sani menghimbau kepada LPTQ untuk senantiasa melakukan pembinaan khususnya generasi muda untuk mencintai Al Quran dan nantinya mendapatkan duta-duta dalam ajang MTQ ke XXV di Bengkulu, Juni mendatang.

Bagi para khafilah yang menang Sani menitipkan pesan bahwa kemenangannya tersebut bukan merupakan titik akhir melainkan sebagai titik awal untuk keberhasilan selanjutnya. Bagi para khafilah yang kalah, Sani berpesan untuk terus belajar Al Quran dan seluruh disiplin ilmu yang ada. Agar dimasa yang akan datang memperoleh kesusksesan. “MTQ tahun ini memberikan warna yang berbeda karena adanya eksibisi kaligrafi digital dan animasi sehingga memberikan pengalaman tersendiri, kreativitas bagi para pesertanya, serta penerapan IT yang berwawasan Religius”, katanya menutup sambutannya.

Sementara itu Walikota Batam, Ahmad Dahlan selaku ketua panitia MTQ Provinsi Kepri dalam laporannya mengatakan, kaligrafi digital dan animasi merupakan cabang baru dalam MTQ III tingkat Provinsi Kepri. Dan rencananya cabang tersebut akan diusulkan sebagai cabang baru dalam ajang MTQ XXV Tingkat Nasional. Ada 7 cabang dan 3 cabang pilihan lagi yang dipertandingkan dalam MTQ selain kaligrafi digital dan animasi tersebut.

Dahlan memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh kafilah yang telah mengembangkan dan mengagungkan Al Quran. Kehadiran mereka di Batam dapat merajut silaturahmi antar masyarakat se-Kepri, disamping memberikan warna untuk wisata religius di Batam dalam rangka Visit Batam 2010. Secara keseluruhan pelaksanaan MTQ berlangsung selama enam hari berturut-turut, siang dan malam dari 24-29 April 2010.

“Atas dukungan masyarakat, Batam khususnya dan Kepulauan Riau umumnya siap menjadi tuan rumah ajang MTQ Tingkat Nasional 2012 mendatang,” tambah Dahlan. Dahlan menutup laporannya dengan mengajak seluruh yang hadir senantiasa merajut silaturohmi dengan Al Quran dalam rangka menggapai Ridho Allah SWT.

Dalam kesempatan tersebut, dibacakan rekomendasi hasil musda LPTQ Provinsi Kepri, diantaranya menunjuk Kabupaten Anambas sebagai tuan rumah STQ Kepri tahun 2011 serta Bintan sebagai calon tuan rumah MTQ ke IV tahun depan. LPTQ juga merekomendasikan pada Gubernur Kepri untuk mengusulkan Kepri menjadi tuan rumah dalam MTQ nasional pada 2012. Selain itu masih ada rekomendasi pada LPTQ Nasional agar kaligrafi digital dan animasi sebagai cabang baru dalam MTQ tingkat nasional tersebut. Rekomendasi lain yang diberikan adalah agar gubernur dan DPRD Kota Batam menerbitkan Perda pemberantasan buta Al Quran di Provinsi Kepri.

(crew_humas/nn)

Sumber : www.batamkota.go.id

KAJIAN AKHLAK 27 MARET DAN 03 APRIL 2010

Kajian Akhlak 03 April 2010

Part 2 , Part 3 ,Part 4 ,Part 5, Part 6

Kajian Akhlak 03 April 2010

Part 2 , Part 3 ,Part 4 ,Part 5

Kamis, 29 April 2010

KAJIAN FIQIH 29 MARET DAN 05 APRIL 2010

Kajian Fiqih 29 Maret 2010

Part 2 , Part 3 ,Part 4 ,Part 5

Kajian Fiqih 05 April 2010


Part 2 , Part 3 ,Part 4 ,Part 5
 

Kamis, 08 April 2010

INNALILLAHI WAINNAILAIHI RAJI'UN





Minggu, 04 April 2010

KAJIAN TAUHID 31 MARET 2010



Sambungan Video Kajian Tauhid 31 Maret 2010 Part 2
Sambungan Video Kajian Tauhid 31 Maret 2010 Part 3
Sambungan Video Kajian Tauhid 31 Maret 2010 Part 4
Sambungan Video Kajian Tauhid 31 Maret 2010 Part 5
Sambungan Video Kajian Tauhid 31 Maret 2010 Part 6

Gambaran Tentang Syurga

1. Sifat Pintu Surga
Nabi s.a.w. bersabda: "Di dalam surga terdapat delapan pintu, salah satu pintunya disebut Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Diriwayatkan oleh 'Utbah bin Ghazwan r.a., ia berkata, "Sungguh telah disebutkan kepada kami bahwa antara dua daun pintu surga sejauh perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya suatu saat akan didatangi dalam keadaan penuh berdesakan." (HR. Muslim)


2. Cara Penduduk Surga Memasukinya
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Golongan pertama yang masuk surga dalam bentuk bulan di malam purnama, kemudian setelah mereka golongan yang tampak seperti bintang langit yang paling kuat sinarnya. Mereka tidak kencing dan tidak berak, tidak juga meludah dan ingusan, sisir-sisir mereka dari emas dan perak, keringat mereka berupa minyak kasturi, tempat pembakaran (dupa) mereka berupa mutiara, istri-istri mereka berupa bidadari, mereka memiliki bentuk yang sama, yaitu tingginya seperti bapak mereka Adam, yaitu 60 hasta menjulang ke langit." (HR. Muslim)


3. Kedudukan Terendah dan Tertinggi Penduduk Surga
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Musa bertanya kepada Rabb-nya, 'Apa kedudukan terendah penghuni surga?' Allah berfirman, 'Yaitu lelaki yang datang setelah penduduk surga dimasukkan ke dalam surga.' Kemudian dikatakan kepadanya, 'Masuklah ke dalam surga!' Ia berkata, 'Wahai Rabbku, bagaimana mungkin sedangkan orang-orang telah menempati tempat-tempat mereka dan telah mengambil bagian-bagian mereka?' Maka dikatakan kepadanya, 'Apakah kamu rela jika bagianmu seperti kerajaan raja dari raja-raja dunia?' Ia menjawab, 'Saya ridha wahai Rabb.' Allah berfirman, 'Itu bagianmu ditambah dengan semisalnya, semisalnya, semisalnya dan semisalnya.' Dan ia menjawab saat penyebutan yang kelima, 'Saya ridha wahai Rabb.' Allah berfirman, 'Ini bagianmu dan sepuluh kalinya serta bagimu apa yang diinginkan oleh jiwamu dan apa-apa yang dipandang enak oleh matamu.' Ia berkata: 'Saya ridha wahai Rabb.'


Kemudian Musa bertanya, 'Wahai Rabb, lantas bagaimana kedudukan tertinggi penghuni surga?' Allah berfirman, 'Merekalah orang-orang yg Aku inginkan. Aku tanamkan kemuliaan-kemuliaan mereka dengan tangan-Ku, dan Aku beri tanda di atasnya yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar telinga, dan terbetik di hati manusia.' Perawi hadits berkata, 'Hal ini sesuai dengan kebenaran kitab Allah: "Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam) nikmat yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah: 17)(HR. Muslim).


4. Perbedaan Derajat Penghuni Surga
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya penduduk surga bisa memandang para penghuni kamar-kamar dari atas mereka, sebagaimana kalian melihat bintang-bintang yang berkilauan yang tampak di sebelah timur maupun barat, karena perbedaan keutamaan di antara mereka." Para sahabat bertanya, 'Ya Rasulullah, itu adalah kedudukannya para Nabi yang tidak bisa disamai oleh selain mereka?' Rasulullah bersabda, 'Benar, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul...'" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


5. Sifat Bangunan, Tanah dan Kerikil Surga
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Kami bertanya, "Ya Rasulullah, ceritakan kepada kami tentang bangunan surga?" Beliau menjawab, "(Bangunannya) dari bata emas dan bata perak, lantainya kasturi, kerikilnya lu'lu' dan yaqut, tanahnya za'faran, siapa yang memasukinya akan merasakan kenikmatan dan tidak ditimpa kekhawatiran, kekal dan tak akan mati, pakaiannya tidak akan usang dan masa mudanya tak akan sirna." (HR. Ahmad).


6.Kamar-kamar Surga
Nabi s.a.w. bersabda, "Di surga terdapat kamar-kamar, bagian luarnya terlihat dari dalam dan bagian dalamnya terlihat dari luar." Abu Malik Al-Asy'ari berkata, 'Kamar-kamar it untuk siapa ya Rasulluah?' Beliau menjawab, "Untuk orang-orang yang baik dalam berbicara, memberi makan dan melaksanakan shalat malam di kala manusia terlelap dalam tidur." (HR. Ath-Thabrani).


7. Kemah-kemah Penghuni Surga
Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya bagi seorang mukmin di surga mendapatkan sebuah kemah dari lu'luah yang berongga, panjangnya enam puluh mil. Di dalamnya seorang mukmin tinggal bersama keluarganya, ia bisa mengelilingi mereka, dan sebagian mereka tidak bisa melihat sebagian yang lain." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


8. Pasar Surga
Rasullulah s.a.w. bersabda: "Di surga ada pasar yang dikunjungi tiap hari Jum'at, bertiuplah angin utara menerpa wajah dan pakaian mereka, maka bertambahlah kecantikan dan kemolekan mereka. Mereka kembali kepada keluarga mereka dalam keadaan bertambah bagus dan molek, sehingga keluarga mereka berkata, 'Demi Allah, kalian bertambah cantik dan molek setelah kepergian kami.' Mereka pun menjawab. 'Demi Allah, kalian pun juga bertambah bagus dan cantik setelah berpisah dengan kami'." (HR. Muslim)


9. Sungai-sungai Surga
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Al-Kautsar adalah sungai di surga, kedua tepinya dari emas, salurannya terbuat dari yaqut dan mutiara, tanahnya lebih harum dari kasturi, airnya lebih manis dari madu, dan lebih putih dari salju." (HR. Ibnu Majah)


Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sungai-sungai surga terpancar dari bawah bukit atau dari bawah gunung kasturi." (HR. Ibnu Hibban)


Rasulullah s.a.w. bersabda: "Di surga terdapat samudera untuk air, samudera untuk susu, samudera untuk madu dan samudera untuk khamr, kemudian setelah itu sungai-sungai terpecah darinya." (HR. Al-Baihaqi)



10. Pohon-pohon Surga
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pohon dimana seorang pengendara berjalan seratus tahun belum akan melewati naungannya. Jika kalian mau, bacalah firman Allah Ta'ala, 'Dan naungan yang terbentang luas.' (QS. Ar-Rahman: 30)." (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi)


11. Sifat Makan dan Minum Penduduk Surga
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya penduduk surga makan dan minum di dalamnya, tidak pernah berak, tidak ingusan dam tidak pula kencing. Makanan mereka menjadi sendawa seperti aroma kasturi, mereka diilhami tasbih dan tahmid seperti mereka diilhami bernafas." (HR. Muslim)

12. Pakaian Penghuni Surga
Allah Ta'ala berfirman: "Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya, dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah;" (QS. Al-Kahfi: 31)

13. Dipan Penduduk Surga
Allah Ta'ala berfirman: "Mereka bertelekan di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan." QS. Al-Waqi'ah: 15-16)

"Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan." (QS. Al-Insan: 13)

14. Wanita-wanita Penghuni Surga
Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadiken mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan." (QS. Al-Waqi'ah: 35-38)

15. Nyanyian dan Senandung Para Bidadari di Surga
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya istri-istri penghuni surga akan bersenandung untuk suami-suami mereka dengan suara paling merdu yang belum pernah didengar seorang pun." (HR. Ath-Thabrani)

16. Syahwat dan Jima' Penghuni Surga
Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan." (QS. Yaasin: 55-56)

17. Hewan Tunggangan Penghuni Surga
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jika Allah memasukkan kamu ke surga, maka tidaklah di dalamnya engkau menginginkan menaiki kuda dari yaqut merah, (melainkan) ia akan terbang bersamamu di surga, kemana pun kau kehendaki." (HR. At-Tirmidzi)

18. Penetapan Melihatnya Penduduk Surga Kepada Rabb Mereka

Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jika penduduk surga telah masuk surga, beliau bersabda, 'Allah berfirman, 'Apakah kalian mengharapkan agar Aku tambahkan (kenikmatan) kepada kalian?' Mereka menjawab, 'Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami, bukankah Engkau telah memasukkan kami ke surga, dan menyelamatkan kami dari neraka?' Rasulullah bersabda, 'Kemudian Dia membuka hijab, tiada hal yang mereka terima yang lebih mereka senangi dari melihat Rabb mereka.' Kemudian beliau membaca ayat ini, 'Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya'." (QS. Yunus: 26) (HR. Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasaa-i)

Harap dimaklumi, tulisan diatas hanya untuk memberikan tambahan tentang tema yang dikaji namun tidak merupakan isi dari kajian tersebut. Wallahu'alam.

KAJIAN TAUHID 24 MARET 2010



Sambungan Part 2
Sambungan Part 3
Sambungan Part 4
Sambungan Part 5

Air Telaga Al Kautsar
Oleh : Syaikh Abu Usamah Salim bin Id Al-Hilali

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, ia adalah yang terputus (dari rahmat Allah). [Al Kautsar : 1-3] Surat Al Kautsar merupakan surat yang terpendek dalam Al Qur`an. Isinya mengandung ungkapan-ungkapan yang indah lagi mengagumkan, membuat yang membacanya berdecak kagum. Makna-makna kalimatnya yang kuat dan istimewa menunjukkan menjadi bagian mukjizat Ilahi.
Betapa agung surat ini dan betapa melimpah pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dalam bentuknya yang ringkas.
Sebenarnya, makna surat ini dapat diketahui melalui ayat penutupnya. Allah telah menghalangi kebaikan dari orang-orang yang membenci RasulNya. Ia terhalangi untuk mengingatNya, hartanya dan keluarganya, sehingga pada gilirannya, di akhirat ia akan merugi akibat dari semua perbuatan yang tidak terpuji terseut. Kehidupannya pun tanpa nilai, tidak mendatangkan manfaat. Ia tidak membekali diri dengan amalan shalih saat hidup di dunia, sebagai bekal di hari akhiratnya. Hatinya akan terhalangi dari kebaikan, sehingga dia tidak mengenali kebaikan, apalagi mencintainya. Begitu juga ia terhalang dari beriman kepada RasulNya. Amalan-amalannya akan terhalangi dari ketaatan. Tidak ada satupun yang menjadi penolong baginya. Dia tidak akan memberikan apresiasi terhadap ajaran Rasulullah, bahkan ia menolaknya untuk memuaskan hawa nafsunya atau pengikutnya, gurunya, pemimpinnya dan lain-lain.
Oleh karena itu, berhati-hatilah, jangan membenci sesuatu yang datang dari Rasulullah atau menolaknya untuk memuaskan hawa nafsumu, atau membela mazhabmu, atau disibukkan dengan syahwat-syahwat atau urusan dunia. Sesungguhnya Allah l tidak mewajibkan untuk taat kepada seseorang, kecuali taat kepada RasulNya, dan mengambil apa-apa yang datang darinya. Jika seluruh makhluk menyelisihi seorang hamba sementara ia taat kepada Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak akan menanyainya tentang itu. Maka barangsiapa yang taat atau ditaati, sesungguhnya hal itu terjadi hanya dengan mengikuti Rasul. Seandainya diperintahkan dengan sesuatu yang menyelisihi Rasul, maka tidak perlu ditaati. Pahamilah hal itu, dan dengarkanlah. Taatilah dan ikutilah, jangan berbuat bid`ah, niscaya amalanmu tidak akan terputus dan tertolak. Tidak ada kebaikan bagi amalan yang jauh dari Sunnah Rasul, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang mengamalkannya. Wallahu a’lam.
Ayat ini menunjukkan keluasan karunia tanpa batas, dan kenikmatan yang besar lagi melimpah. Seperti firman-Nya
Dan kelak pasti Rabb-mu memberikan karuniaNya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. [Adh Dhuha : 5]
Karunia yang besar ini berasal dari Dzat Pemberi karunia Yang Besar, kaya, lagi luas anugerahnya. Oleh karena itu, kata ganti pertama (mutakallim) dalam ayat ini, bentuknya dijama`kan, menjadi innaa (إِنَّآ) yang menandakan keagungan Sang Rabb, Dzat Yang Maha Pemberi.
Karunia ini ini utuh dan berkesinambungan sebab kalimat pada ayat ini diawali dengan kata inna yang menunjukkan penegasan dan realisasi kandungan berita layaknya fungsi sumpah. Demikian juga, Allah menggunakan fi’il madhi (kata kerja lampau) dalam kalimat ini, yang bertujuan sebagai penekanan kejadian peristiwa. Sebab obyek yang sifatnya harapan yang berasal dari Dzat Yang Maha Mulia, terhitung sebagai perkara yang pasti terjadi.
Kata Al-Kautsar berbentuk wazan fau’al seperti kata naufal. Bangsa Arab menamakan segala sesuatu yang melimpah baik kuantitasnya, atau besar kedudukan dan urgensinya dengan nama kautsar.
Para ulama tafsir berselisih pendapat dalam menafsikan Al Kautsar yang diberikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pendapat mereka terangkum dalam keterangan berikut ini :
Pertama, sungai di surga.
Kedua, telaga Nabi di Mahsyar.
Ketiga, kenabian dan kitab suci.
Keempat, Al Qur`an.
Kelima, Islam.
Keenam, kemudahan memahami Al Qur`an dan aturan syariat.
Ketujuh, banyaknya sahabat, ummat dan kelompok-kelompok pembela.
Kedelapan, pengutamaan Nabi diatas orang lain
Kesembilan, meninggikan sebutan Nabii
Kesepuluh, sebuah cahaya dihatimu mengantarkanmu kepada-Ku, dan menghalangimu dari selain-Ku
Kesebelas, syafaat.
Keduabelas, mukjizat-mukjizat Allah yang menjadi sebab orang-orang meraih hidayah melalui dakwahmu.
Ketigabelas, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah.
Keempatbelas, memahami agama.
Kelimabelas, shalat lima waktu.
Keenambelas, perkara yang agung.
Ketujuhbelas, kebaikan yang merata yang Allah berikan kepada Beliau.
Al Wahidi berkata,”Kebanyakan ahli tafsir berpendapat, bahwa Al Kautsar adalah sungai di surga."
Panutan para ulama tafsir, Ibnu Jarir At Thabari berkata: “Pendapat yang paling utama menurutku adalah pendapat orang yang mengatakan Al Kautsar adalah nama sungai di surga yang dianugerahkan Rasulullah di surga kelak. Allah menyebutkan ciri khasnya dengan sifat katsrah (melimpah ruah) sebagai pertanda ketinggian kedudukannya.
Kami mengatakan itu sebagai tafsiran yang paling utama lantaran banyaknya riwayat dari Rasulullah yang menjelaskannya”
Al Qurtubi berkata , ”Penjelasan yang paling benar adalah perkataan yang pertama dan kedua, karena kedua perkataan tersebut ditetapkan oleh Nabi dalam sebuah nas tentang Al Kautsar.”
Asy Syaukani mengatakan,”Tafsir ini dari Ibnu Abbas, pandangannya bertumpu pada maknanya secara bahasa. Akan tetapi Rasulullah telah menafsirkannya sebagai sungai di surga dalam haditsnya yang shahih”.

Aku (Syaikh Salim) berkata: Keterangan-keterangan yang dikemukakan oleh mayoritas ulama tafsir merupakan kebenaran yang nyata, karena beberapa perkara berikut ini:
Pertama : Telah diriwayatkan dari Rasulullah , bahwasanya Beliau menafsirkan Al Kautsar sebagai sungai di surga dalam beberapa hadits. Diantaranya.
Dari Anas, dia berkata: Pada suatu hari ketika Rasulullah berada di tengah kami, Beliau mengantuk sekejap. Kemudian Beliau mengangkat kepalanya dengan senyum. Maka kami bertanya: “Apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Baru saja turun kepadaku sebuah surat,” maka Beliau membaca surat Al Kautsar. Kemudian Rasulullah bersabda,”Apakah kalian tahu apakah Al Kautsar itu?” Maka kami berkata,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Rasulullah bersabda,”Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan Rabbku Azza wa Jalla untukku. Disana terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat. Jumlah bejananya sebanyak bintang-bintang….”
Kedua. Keterangan-keterangan yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas tidak bertentangan dengan nash hadits yang shahih.
Dari Abi Basyar dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, sesungguhnya dia berkata tentang Al Kautsar. Ia adalah limpahan kebaikan yang Allah berikan kepada Rasulullah. Abu Bisyr berkata kepada Said bin Jubair ‘Sesungguhnya orang-orang menyangkanya sungai di surga’. Maka Said berkata,”Sungai di surga merupakan bagian dari kebaikan yang Allah berikan kepada Rasulullah”.
Ibnu Athiyah menyatakan : “Alangkah indahnya pernyataan yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan alangkah baiknya penyempurnaan keterangan dari Ibnu Jubair. Masalah tentang sungai (di surga) telah ditetapkan dalam hadits Isra (mi’raj) dan hadits lainnya. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawatNya kepada Muhammad dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita semua dengan hidayahNya.”
Ibnu Katsir menjelaskan : “Penafsirannya bisa dengan sungai dan selainnya. Karena Al-Kautsar berasal dari kata Al Katsrah, yaitu kebaikan yang melimpah ruah. diantaranya adalah berbentuk sungai tersebut… Telah diriwayatkan dalam riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia menafsirkannya dengan makna sungai juga.
Ibnu Jarir berkata : “Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami (ia berkata), Umar bin Ubaid telah menceritakan kepada kami dari Atha`dari Said bin Jubair dari Ibnu Abba, ia berkata:”Al-Kautsar adalah sungai di surga. Kedua tepi sungai tersebut adalah emas dan perak, mengalir di atas yaqut (sejenis batu mulia) dan mutiara, airnya putih berasal dari salju dan lebih manis daripada madu.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Jadi, kutipan Said bin Jubair terhadap perkataan Ibnu Abbas yang berbunyai “(Al-Kautsar) itu adalah kebaikan yang melimpah ruah”. tidak bertentangan dengan pernyataan lainnya yang menafsirinya sebagai sungai di surga. Karena sungai merupakan bagian dari kebaikan yang banyak. Mungkin saja Sa’id ingin menunjukkan bahwa tafsir Ibnu Abbas lebih utama karena bersifat umum. Akan tetapi telah ditetapkan pengkhususannya dengan sungai dari keteranan Nab, maka tidak ada pilihan untuk mengesampingkannya”.
Dengan itu menjadi jelas bahwa:
1). Tafsir Ibnu Abbas tidak berltabrakan dengan penjelasan Rasullullah bahwa Al-Kautsar adalah sungai di surga. Bahkan ini juga merupakan tafsiran Ibnu Abbas dalam riwayat yang bisa dipertanggungjawabkan, sebagai telah disebutkan oleh Ibnu Katsir.
2). Bahwa tafsir Ibnu Abbas masuk dalam kandungan ayat secara umum. Oleh karena itu, Syaikhul Islam berkata:”Kata Al-Kautsar yang sudah populer merupakan sungai di surga, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits-hadits yang jelas lagi shahih.
Ibnu Abbas berkata : Al-Kautsar sesungguhnya merupakan kebaikan yang banyak, yang Allah berikan kepada Rasulullah. Jika penduduk surga yang paling rendah (tingkatannya saja) dianugerahi dengan sepuluh kali lipat dunia seisinya. Maka bayangkan saja apa yang akan Allah sediakan bagi Rasulullah dalam surga kelak. Maka, Al-Kautsar menjadi sinyal dan indikator banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada Nabi yang berbentuk kebaikan-kebaikan dan tambahan lainnya serta begitu tingginya kedudukannya (nikmat-nikmat itu). Sungai tersebut yaitu Al-Kautsar, merupakan sungai yang terbesar, paling bagus airnya, paling jernih, paling manis dan yang tertinggi.
Jadi, maksudnya adalah Al-Kautsar merupakan sungai di surga, menjadi bagian kebaikan yang banyak sekali yang Allah anugerahkan kepada rasulNya di dunia dan akhirat.

Aku (Syaikh Salim) berkata: Perkataan yang memastikannya dengan sungai di surga adalah pendapat yang benar, karena adanya keterangan jelas dari Rasulullah. Meskipun tafsiran yang umum tidak berseberangan dengan tafsiran yang khusus, sebab itu termasuk menjadi bagiannya. Tapi ada unsur pemutarbaikan fakta. Alasannya, kebaikan yang melimpah yang diberikan Allah juga mencakup Al-Kautsar. Hal ini telah tercantum dalam hadits Anas yang telah lewat dalam Shahih Muslim : “Itu adalah sungai yang dijanjikan Rabbku. Di sana terdapat kebaikan yang melimpah”. Ini masuk dalam kategori penyebutan obyek yang besar untuk memasukkan kenikenikmatan yang tingkatannya lebih rendah”.
Ketiga : Keterangan yang dikemukakan oleh Al-Qurtubi, yaitu :
“Dan semua tafsiran yang dikemukakan dalam masalah ini (makna Al-Kautsar), telah diberikan kepada Rasulullah sebagai tambahan atas karunia telaga. Semoga Allah mencurahkan selawat dan keselamatan yang banyak kepada Beliau”
Jadi, tidak ada yang pertentangan antara penafsiran Al-Kautsar dengan sungai atau telaga.
Al-Kautsar adalah sungai di surga dan airnya akan dialirkan keadalam telaga. Maka Al-Kautsar airnya berada dalam sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu Dzar, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apa bejananya al-ahaudh (telaga)?” Rasulullah menjawab: ” Demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, sungguh bejananya lebih banyak dari jumlah bintang-bintang dan planet-planet yang ada di langit di malam malam gelap gulita tanpa awan. Bejana-bejana dari surga. Barangsiapa yang minum darinya, maka tidak akan merasa haus selamanya. Ada dua talang dari surga yan menjulur ke dalamnya. barangsiapa yang minum darinya, tidak akan merasa haus selamanya. Lebar sungai tersebut sama dengan panjangnya, kira-kira sejauh antara Amman dan Aila`. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu”

WAJIBNYA BERIMAN KEDAPA TELAGA NABI

Al-Qurtubi berkata dalam Al-Mufhim
“Di antara perkara-perkara yang diwajibkan atas setiap muslim mukallaf untuk mengetahuinya dan membenarkannya adalah:
Bahwasanya Allah telah menganugerahkan karunia buat NabiNya Muhammad secara khusus berupa Al-Kautsar, yaitu haudh (telaga) yang telah dijelaskan nama, sifat, minuman dan bejananya dalam banyak hadits yang shahih dan masyhur. Sehingga membekaskan pengetahuan yang pasti dan keyakinan yang bulat. Sebab, telah diriwayatkan dari Nabi melalui lebih dari tiga puluh sahabat-sahabat, riwayat dua puluh orang diantara mereka tercantum dalam Shahihain dan riwayat lain terdapay dalam selain dua kitab tersebut, dengan jalur periwayatan yang shahih dan riwayat yang masyhur”
Ulama salaf dan ulamah ahlus sunnah wal jama’ah dari kalangan kholaf telah sepakat untuk menetapkannya. Sedangkan aliran ahli bid’ah mengingkarinya. Merka menyimpangkannya dari makan tekstualnya, dan berlebih-lebihan dalam menafsirkannya tanpa dalil yang bisa diterima akan atau budaya. Padahal tidak ada kepentingan untuk menakwilkannya. Maka, muncullah orang-orang yang merobek kesepakatan ulama salaf dan meinggalkan madzhab imam generasi khalaf.
Qadli Iyadh berkata: “Hadits-hadits tentang telaga adalah shahih, beriman kepadanya merupakan suatu kewajiban, dan membenarkannya merupakan bagian dari iman. Menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah maknanya adalah seperti makna zhahirnya, tidak perlu ditakwilkan atau diperdebatkan lagi.
Haditsnya bersifat mutawatir. Banyak sahabat yang meriwayatkannya. Imam Muslim menyebutkan hadits itu melalui riwayat Ibnu Amr bin ‘Ash, Aisyah, Ummu Salamah, Uqbah bin Amir, Ibnu Mas`ud, Harits bin Wahab, Mustaurid, Abu Dzar, Tsauban, Anas dan Jabir bin Samurah.
Sedangkan selain Imam Muslim, meriwayatkannya melalui sahabat Abu Bakar As-Siddiq, Zaid bin Arqam, Abu Umamah, Abdullah bin Zaid, Abu Barzah, Suwaid bin Jabalah, Abdullah bin Ash Shanabahi, Al Barra` bin ‘Azib, Asma` binti Abu Bakr, Khaulah binti Qais dan lain-lain.
An-Nawawi berkata: Bukhari dan Muslim meriwayatkan juga dari Abu Hurairah.
Selain Bukhari dan Muslim juga meriwayatkannya dari riwayat Umar bin Khatthab, ‘A’idz bin Umar dan lainnya.
Al-Hafidz Abu Bakar Al-Baihaqi telah mengumpulkan seluruhnya dalam bukunya Al Ba’tsu Wan Nusyur lengkap dengan sanad-sanadnya. Qhadi Iyadl berkata, “Dengan pnejelasan ini, hadits tersebut bisa masuk kategori mutawatir.”[16]
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Seluruh sahabat yang disebutkan Qadli Iyadh berjumlah dua puluh lima orang, An-Nawawi menambah tiga sahabat lagi dan aku telah menambah jumlah itu sebanyak yang mereka sebutkan, sehingga semuanya berjumlah lima puluh orang sahabat….
Telah sampai kepadaku kabar bahwa sebagian ulama mutaakhirin (ulama-ulama sekarang) mencatat jumlah sahabat (yang meriwayatkannya) lebih dari delapan puluh orang”.
Jadi, ayat tersebut menunjukkan dengan jelas terhadap apa yang menjadi masyhur di kalangan mayoritas ulama tentang keistimewaan pemberian Al-Kautsar kepada Nabi kita. Beliaulah yang mempunyai maqam mahmud dan al-haudh (telaga).
Ya Allah! berikanlah kami minum dari telaga itu yang akan membuat kami tidak akan merasa haus setelah meminumnya untuk selama-lamanya. Sesungguhnya Engkau menjamin segala kebaikan dan Cukuplah Engkau bagi kami, sebaik-baik penolong dan hanya kepadaMu tujuan hidup kami.

(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun IX/1426H/2005)

Sabtu, 03 April 2010

BULETIN AL QALAM EDISI PERDANA




Pengurus Masjid Agung Karimun terus bergerak memantapkan syi'ar Islam. Berbagai media dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah ke masyarakat luas. Setelah sukses dengan kajian fardhu 'ain rutin mingguan ( 3 kali seminggu) dan kajian fardhu 'ain bulanan di Masjid Agung Karimun, lalu menggunakan media internet dengan membuka blog, dan kini media cetak berupa buletin mingguan diterbitkan kepada jama'ah guna menambah ilmu pengetahuan seputar dunia Islam.
Edisi Perdana Buletin al Qalam dapat di download di sini

Penamaan buletin dengan nama al Qalam adalah sebagai wujud penghargaan terhadap ilmu pengetahuan. Di dalam surat pertama yang diturunkan Allah yaitu al-'Alaq, ayat 4 yang mengandung arti .."Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam"... Maka diharapkan buletin ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai ajaran Islam guna memperkokoh aqidah dan menjalankan syari'at serta memiliki akhlak sebagaimana yang diperintahkan Allah di dalam al Qur'an.
Bagi jama'ah yang ingin mengirimkan tulisan dan ikut bersama berdakwah melalui buletin ini, dapat menghubungi pengurus Masjid Agung Karimun. Kami membuka space iklan untuk usaha anda semua jika ingin dimasukkan melalui buletin ini.

GEMA AL-QUR'AN

Listen to Quran

MASJID AGUNG KARIMUN