Rabu, 31 Maret 2010

FESTIVAL BINTANG VOKALIS GAMBUS DEWASA, REMAJA DAN ANAK-ANAK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU


Kabupaten karimun menjadi tuan rumah Festival Bintang vokalis Gambus Dewasa, Remaja dan Anak-anak Tingkat Provinsi Kepualauan Riau. Kegiatan ini diadakan atas kerjasama Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI) dengan Pemerintah Kabupaten Karimun.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini akan dimulai besok, 1 April 2010 sampai dengan 3 April 2010 di Gedung Nasional Tanjung Balai Karimun. Acara pembukaan dijadwalkan pada hari Kamis,  tanggal 3 April 2010, pukul 19.30. Undangan kepada segenap instansi dan tokoh masyarakat telah disebarkan oleh panitia H-3. Penutupan dan pengumuman pemenang akan diadakan di tempat yang sama pada hari Sabtu, 3 April 2010 pukul 19.30. Diharapkan acara ini menjadi ajang syi'ar dan dakwah kepada masyarakat Kabupaten Karimun khususnya dan Kepulauan Riau. Untuk mencapai hasil maksimal serta memperoleh generasi vokalis gambus yang profesional, maka kegiatan ini menghadirkan para dewan hakim tingkat nasional.

Oleh : Ardi.

Minggu, 28 Maret 2010

KAJIAN FIQIH 22 MARET 2010 " FIDYAH HAJI"



FIDYAH

Fidyah karena sakit, memakai pakaian yang berjahit dan memakai perfum boleh memilih salah satu dari tiga pilihan, yaitu:
* Puasa tiga hari
* Memberi makan enam orang miskin, masing-masing setengah shaa'
* Menyembelih seekor kambing

Dalilnya adalah firman Allah:
فمن كان منكم مريضا أو به أذى من رأسه ففدية من صيام أو صدقة أو نسك .
Artinya,
"Jika ada di antara kamu yang sakit atau mendapat gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka dia wajib membayar fidyah, yaitu: puasa, bersedekah atau berkurban."

Orang yang membunuh binatang buruan --yang ada tandingannya dengan binatang peliharaan--, maka
fidyahnya adalah salah satu dari:
* Menyedekahkan binatang yang serupa dengan binatang tersebut.
* Atau menaksir harganya dengan uang dan membelikan bahan pangan seharga uang tersebut seterusnya didistribusikan kepada orang-orang miskin, masing-masing satu mud.
* Atau puasa sejumlah mud makanan tersebut dengan catatan setiap mud satu hari.

Orang yang membunuh binatang buruan yang tidak ada tandingannya pada binatang peliharaan, fidyahnya dapat memilih antara memberi makan dan puasa.
Fidyah karena bercumbu, tanpa senggama sama dengan fidyah karena sakit.

Selasa, 23 Maret 2010

Masjid, Sarana Media Informasi Bagi Ummat

Salah seorang mubalig dari Yokyakarta, Ustazd H.M.Jazir ASP berpendapat, lembaga masjid yang tersebar sampai ke pelosok pedesaan di negeri ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai media informasi untuk disampaikan kepada Ummat.

“Melalui masjid bisa disampaikan berbagai informasi dan merupakan sarana yang cukup efektif untuk menyampaikan informasi kepada ummat, karena di masjid itu terkumpul warga masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah shalat, terlebih pada hari Jumat,” ujar salah seorang pendiri Angkatan Masjid dan Mushala (AMM) Yokyakarta itu.

Jazir yang dikenal sebagai salah seorang perintis gerakan baca tulis huruf Al Qur`an dengan menggunakan metode Iqra itu mengatakan, masjid adalah tempat ribuan jemaah atau publik berkumpul, sehingga kehadiran publik yang cukup banyak itu bisa dimanfaatkan untuk penyampaikan informasi penting yang akan dilaksanakan.

Seperti di masjid yang dikelola AMM Yokyakarta, katanya, telah disediakan sebuah papan nama untuk informasi publik, sehingga warga masyarakat untuk ingin menginformasikan berbagai kegiatan bisa ditempelkan di papan pengumuman itu, misalnya ingin jual handphone (HP) bisa dilihat di papan itu.

Dia berharap, organisasi remaja masjid hendaknya jangan hanya dijadikan tempat ibadah semata, tetapi sudah mulai melakukan gerakan untuk menjadi masjid sebagai sarana pengembangan kemampuan sumber daya manusia (SDM).

Hanya saja, katanya, remaja masjid yang ada sekarang ini apakah sudah memulai melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan ummat Islam dimasa mendatang. Dia menjelaskan, hal itu bisa dibangun dari sekarang, jangan sampai kegiatan Muswil dan Munas itu berlangsung tidak ada kegiatan yang nyata dilakukan, padahal masyarakat menunggu akses yang dilakukan remaja masjid.

Sebenarnya, kata Jazir, potensi kegiatan melalui remaja masjid sangat banyak, karenanya tergantung kreatifitas dari kelompok remaja masjid tersebut untuk melahirkan gagasan-gagasan untuk pengembangan remaja masjid di masa mendatang.

Menurut dia, sebagai pintu untuk bisa menarik generasi muda bergabung dengan remaja masjid itu harus menyesuaikan dengan lingkungan masyarakat itu sendiri dan tidak mungkin melakukan pendekatan melalui ceramah dan pengajian-pengajian.

Dalam rangka pengembangan remaja masjid agar bisa melahirkan kegiatan yang positif itu, katanya, tidak harus membuat proposal atau meminta bantuan pendanaan terhadap pemerintah, tetapi dengan mengembangkan konsep kemitraan dengan perusahaan-perusahaan yang ada di daerah itu.

Sumber: Republika Online

KAJIAN AKHLAK : Ridha Menerima Aturan Allah



Sambungan Part 2
Sambungan Part 3
Sambungan Part 4
Sambungan Part 5

Assalamu'alaikum,

Dalam Al Hikam, Syeikh Ibn Athaillah As-Sakandari bertutur,“ Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut darimu, adalah bukti dari rabunnya mata batinmu.” Karena itu’ “ Istirahatkan dirimu dari mengatur urusanmu, karena segala yang telah diurus oleh “Selainmu (yakni Allah), tak perlu engkau turut mengurusnya.”

Lagipula, “Menggebunya semangat tak akan mampu menerobos benteng takdir.” Maksudnya, seberapa banyak pun energi yang kita curahkan untuk memenuhi sesuatu keinginan, tetap saja itu tak akan tergapai jika tak sesuai dengan keputusan Allah. Kita tak dapat memenangkan kehendak kita di atas kehendak-Nya. Kita bahkan kerap menemukan bahwa takdir dan ketentuan yang berlaku pada diri manusia bukanlah yang sesuai dengan pengaturan olehnya. Pengaturan manusia ibarat rumah pasir di tepi laut, yang bisa demikian mudah runtuh tatkala ombak takdir Tuhan berlabuh.

Dalam hidup, kita juga acap menemukan bahwa apa yang menurut kita baik ternyata bisa membawa keburukan, dan sebaliknya, apa yang kita sangka buruk ternyata malah mendatangkan kebaikan. Boleh jadi ada keuntungan di balik kesulitan, dan ada kesulitan di balik keuntungan. Boleh jadi pula kerugian muncul dari kemudahan, dan kemudahan muncul dari kerugian. Mana yang berguna dan mana yang berbahaya pada akhirnya adalah sesuatu di luar pengetahuan kita.

Oleh sebab itu, sibuk mengatur nasib sendiri sejatinya adalah tindakan yang kurang lebih sia-sia, apalagi bila kesibukan itu melalaikan kita dari tugas-tugas sebagai hamba Allah. Lucu sekali bila manusia tetap berhasrat akan pengaturan dirinya. Mengapa demikian? Setidak-tidaknya ada dua alasan : Pertama, karena ia pada dasarnya tak mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya. Dan kedua, karena Allah Yang Maha Mengatahui apa yang terbaik bagi para mahluk-Nya senantiasa dekat dan mengatur secara baik.

Allah itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dari kedua urat leher kita. Oleh karenanya, Allah senantiasa memberi perhatian kepada hamba-Nya sekali pun tanpa sepengatahuannya. Pengaturan terhadap diri kita, sebenarnya merupakan bukti ketidaktahuan kita akan pengaturan Allah yang baik terhadap diri kita. Hal ini juga merupakan bukti minimnya cahaya makrifat di hati kita. Sikap sibuk mengatur urusan diri sebagai bentuk Syirik Rububiyah, berarti meyakini ada pengatur lain yang turut mengurus kehidupan selain Allah.

Mereka yang memelihara kesopanan kepada Allah dan tidak ingin jauh dari-Nya, tentu akan mencoba menggugurkan tadbir dan iradah mereka yang membuat hijab (tabir) dari Allah. Mereka akan keluar dari gelapnya tadbir (sikap mengatur diri) menuju terangnya tafwidh, yakni penyerahan urusan atau pilihan hidup kepada Allah hingga mereka menyaksikan bahwa dirinya diatur dan tidak turut mengatur, ditentukan dan tidak ikut menentukan, serta digerakkan dan tidak bergerak sendiri. Untuk ini diperlukan sikap ridha dengan pengaturan Allah. Rasa berat hati hanya akan membuat hati tetap terhijab dari cahaya Allah. Selain itu diperlukan pula sikap selalu berbaik sangka kepada Allah. Sebab Allah lebih tahu mengenai apa yang terbaik buat hamba-Nya. Ia pun sudah berjanji bahwa siapa bertawakal kepada-Nya, Dia akan mencukupinya. Lebih dari ridha dan berbaik sangka, mereka juga akan senang dan mencintai segala kehendak dan keputusan Allah, Sang Pemilik Anugerah.

Harap maklum, Tulisan hanyalah pengantar yang masih berhubungan dengan tema kajian, bukan isi dari video yang ditampilkan.


Sumber : Berbagai Sumber
Tulisan Oleh : Ardiansyah

Minggu, 21 Maret 2010

Melangkah Diatas Titian Shirath (Kajian Tauhid 17 Maret 2010)



Sambungan Part 2
Sambungan Part 3
Sambungan Part 4
Sambungan Part 5
Sambungan Part 6


Shirath adalah thariq atau jalan. Yang dimaksudkan di sini ialah jambatan yang membentang di atas punggung Neraka Jahannam sebagai satu-satunya jalan menuju syurga Allah. Lewat di atas shirath adalah berlaku umum bagi seluruh manusia, yang tidak mungkin masuk ke surga kecuali setelah berhasil melewati jambatan ini.

Allah berfirman,

“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Maryam 19: 71)

Rasulullah s.a.w. menjelaskan bahwa melewati shirath adalah suatu pemandangan yang menakutkan, membuat orang lupa akan keluarga dan kerabatnya, sampai ia mampu memungkin untuk gagal dan berhasil.

Kemampuan menyeberang adalah terpulang kepada istiqamahnya seseorang dalam meniti agama Islam, atau ash-shirath al-mustaqim, atau jalan orang-orang yang diberi nikmat. Maka barangsiapa beristiqamah di atas agama yang Allah ridhai, iaitu shirath yang bersifat maknawi, maka ia akan mampu menyeberang di atas shirath yang bersifat inderawi sesuai dengan nilai istiqainahnya.

Barangsiapa menyimpang dari shirath mustaqim di dunia di waktu kemakmurannya, maka dia tidak akan tahan di atas shirath yang licin di saat kalut dan ketakutan, dan dia benar-benar kehilangan kenderaannya iaitu amal shaith.

Di antara dalil-dalil shahth yang menunjukkan shirath, sifat-sifat dan penyeberangan di atasnya adalah sebagai berikut:

a) Hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim dengan sanadnya dari Abu Hurairah di dalam hadis yang panjang Rasulullah s.a.w. bersabda,

“Dibentangkan shirath itu di antara dua tepi Jahanam. Aku dan umatku adalah orang yang pertama kali melewatinya. Tidak ada yang berbicara melainkan para rasul, dan doa para rasul pada hari itu adalah, ‘Allahumma sallim, sallim (Ya Allah! Selamatkanlah, selamatkanlah).’ Dan di dalam Jahanam terdapat kait-kait seperti duri pohon sa’dan (Sa’dan adalah sebuah pohon yang dipenuhi oleh duri-duri besar. (pent.)). Apakah kalian pernah melihat pohon sa‘dan? Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau menjawab, ‘Dia itu seperti duri-duri pohon sa‘dan, hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya selain Allah. Dia itu merenggut manusia sesuai dengan amal perbuatannya. Maka di antara mereka ada yang tetap (tidak direnggut) karena amalnya, dan di antara mereka ada yang dibalas sampai diselamatkan...” (HR. Muslim 1/163-166, al-Bukhari 8/146-148)

b) Apa yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah dan dari Hudzaifah, Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadis syafaat yang di dalamnya terdapat “Lalu mereka mendatangi Muhammad s.a.w.. Maka beliau berdiri kemudian diizinkan baginya. Kemudian diutuslah amanah dan (silatur) rahim (Diutusnya amanah dan rahim karena begitu besar nilainya dan seringnya terjadi. Maka mereka berdua nampak dalam satu perjalanan sesuai dengan kehendak Allah. (pent.))” Maka keduanya berdiri pada kedua tepi shirath sebelah kanan dan kiri. Kemudian orang pertama dan kalian melewati (shirath) bagaikan kilat. Ia bertanya, saya berkata, Kujadikan bapak dan ibuku sebagai tebusan bagi Anda, apa itu seperti kilat?’ Beliau bersabda,

“Tidakkah kalian melihat kilat, bagaimana ia lewat dan kembali dalam sekejap mata? Kemudian (ada yang) seperti jalannya angin, kemudian seperti terbangnya burung dan seperti larinya orang laki-laki. Dan amal-amal mereka berjalan membawa mereka. Nabi berdiri di atas shirath sambil berdo’a, ‘Rabbi, sallim, sallim (Tuhanku! selamatkan, selamatkan) sampai ada hamba-hamba yang menjadi lemah amalnya (Tidak mampu membawa mereka melintas shirath (pent.)),’ hingga datang seorang laki-laki dan ia tidak dapat berjalan kecuali dengan merangkak. Beliau bersabda, ‘Di antara kedua sisi shirath terdapat kait-kait menggantung yang diperintah untuk mengambil orang-orang yang diperintahkan kepadanya (untuk mengambilnya), maka ada yang terluka kulitnya (tetapi) selamat (dari neraka) dan ada yang didorong ke dalam neraka.” (HR. Muslim 1/186-187)

Dalam hadis-hadis tersebut terdapat dalil adanya shirath, sifatnya, dahsyatnya suasana dan bahwasanya amal-amal itu adalah sarana untuk melintasi shirath dan sebab keselamatan, kerana firman Allah s.w.t.,

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bentakwa dan membiarkan orang-orang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Maryam: 72)

Maksudnya Allah menyelamatkan mereka sesudah melintas shirath, dan membiarkan orang-orang zalim tetap berlutut di atas shirath tidak boleh melewatinya.

Apabila kita perhatikan dari keterangan di atas, kenyataan-kenyataan yang ada di Hari Akhir adalah samar, tidak mampu dimengerti dengan akal, kerana memang tidak ada bandingnya dengan kenyataan duniawi. Maka wajib untuk tidak mempersulitkan hakikat perkara-perkara ini, dan menyerahkan ilmunya kepada Allah. Wallahu a’lam!
Sumber : Manhaj

Rabu, 17 Maret 2010

MARI KEMBALI KE MASJID

Di zaman Nabi, masjid memiliki multifungsi. Maka ketika hijrah ke Madinah pertama kali yang didirikan adalah masjid. Selain sebagai tempat ibadah, juga berfungsi mengatasi problematika sosial


Hidayatullah.com--Seorang pakar islam kontemporer Syeikh Said Hawa pernah mengatakan; Inna ’ashrana hadza mamlu-un bi Asy Syahawati wa asy-Syubuhati wa Al Ghoflah (Sesungguhnya kurun kita ini diliputi oleh suasana yang mengundang nafsu syahwat, kerancuan terhadap kebenaran dan melalaikan kehidupan akhirat). Menurut beliau, benteng pertahanan terakhir ummat dalam memagari jati dirinya dari kontaminasi polusi zaman adalah keluarga dan masjid.

Kesederhanaan manajeman Nabi dalam mengelola masjid telihat antara lain sewaktu beliau shalat, usai shalat beliau selalu menghadap jamaah untuk mengecek barangkali ada sebagian jamaah yang berhalangan hadir. Pada suatu ketika salah seorang jamaah inti tidak hadir dalam shalat, beliau bertanya , Mana si Fulan ?. Salah seorang makmum menjawab, si Fulan sedang sakit. Kemudian beliau mengunjungi Fulan di rumahnya. Itu menunjukkan bahwa Rasulullah Saw, sangat perhatian kepada jamaahnya. Perbuatan beliau sejatinya diteladani pengurus dan imam masjid.

Selesai shalat Jumat, dari atas mimbar Rasulullah Saw, selalu menanyakan jamaahnya, Siapakah yang hari ini ada kesulitan atau kekurangan ? Apabila ada yang mengangkat tangannya (sebagai tanda jamaah itu sedang dalam kesulitan atau kekurangan), Nabi memintanya untuk menjelaskan kesulitan yang dihadapinya dan kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah diantara jamaah yang telah hadir diberi keluasan rizki oleh Allah ?”.

Begitulah cara Nabi. Sehingga yang mempunyai kelebihan dapat meringankan beban yang kesulitan. Jika cara ini diterapkan maka problematika kemiskinan ummat setiap minggu akan bisa dipecahkan. Betapa efektif masjid-masjid di tanah air yang jumlahnya ratusan ribu dalam mengantisipasi krisis ummat jika menerapkan manajemen sederhana Rasulullah saw, tersebut. Dan semestinya ummat islam yang merupakan bagian terbesar bangsa ini akan hidup sejahtera dan damai.

Kurang Multi Fungsi

Krisis multidimensional yang terjadi sekarang ini menyebabkan citra Indonesia di dalam negeri dan di mata dunia internasional semakin terpuruk. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal religius, memiliki budaya pemaaf, paternalistik, toleran (tepo sliro, Jawa), gotong royong menjadi kejam dan koruptor. Bangsa Indonesia jika menduduki posisi tertentu cenderung memperkaya diri, berfikir jangka pendek, kata Prof. Toshiko Komoshita, intlektual Jepang. Indonesia adalah sarang penyamun berdasi, lahan subur KKN mulai tingkat pejabat eksekutif pusat hingga jajaran birokrasi tingkat RT (hasil surve lembaga Non Government Organization dari Jerman, diterbitkan lewat majalah der Spiegel).

Stateman pakar asing dan hasil surve intitusi luar negeri yang tidak menguntungkan diatas tentu mengarah kepada ummat islam yang merupakan mayoritas bangsa Indonesia. Untuk sementara penulis berkesimpulan, bahwa keterpurukan ummat disebabkan oleh beberapa point berikut;

Pertama : Ada kecenderungan ummat Islam tidak mengamalkan Al-Quran dan As Sunnah secara murni dan konsekuen. Mereka sering tidak melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan penting. Baik menyangkut persoalan individu, keluarga dan masyarakat (QS. Thaha : 124).

Mengomentari ayat ini Ibnu Katsir berkata; “Barangsiapa yang berpaling dari ketetapan Allah dan atau sengaja melupakannya, akan menemui kehidupan yang serba sulit (ma’isyatan dhonkan), tidak merasakan ketenangan dan kelapangan dada disebabkan kesesatannya, sekalipun secara lahiriyah sejahtera, bisa berpakaian, bertempat tinggal, makan sesuka hatinya. Tetapi jiwanya goncang, bingung dan diliputi keragu-raguan.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir II, hal. 479).

Kedua; Ummat Islam meyakini bahwa Rasulullah Saw sebagai figur sentral terbaik, tetapi mereka meneladaninya (ta-assi) hanya dalam mulut dan tidak diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari di tempat kerja, kantor, sekolah, pasar atau di tempat yang lain. Sekalipun secara serimonial, dan upacara peringatan maulid ummat islam melakukannya secara serempak dan gegap gempita, tetapi keagungan pribadi (syakhshiyyah) Rasulullah masih belum sepenuhnya di teladani. Kaya dalam upacara, tetapi miskin dalam aplikasi.

Untuk mengantisipasi kondisi diatas, ummat Islam memiliki tanggungjawab moral membantu negara keluar dari hal-hal paradoksal.

Lihatlah jumlah jamaah shalat lima waktu terutama shubuh, belum lagi dengan pakaian yang berwarna-warni, diperparah dengan shaf (barisan shalat) yang tidak rapi. Apalagi jika kita mencermati kualitas komunikasi yang dibangun antara jamaah usai menunaikan shalat, sungguh masih belum berjalan sesuai harapan. Dari sini bisa dievalusi betapa kualitas ummat dalam meneladani Rasulullah Saw ketika di masjid masih jauh ketinggalan.

Pada zaman Nabi Muhammad Saw, masjid memiliki multifungsi. Maka ketika beliau hijrah ke Madinah pertama kali yang didirikan adalah masjid. Selain sebagai tempat ibadah, juga menimba ilmu, tempat mempersaudarkan (ta-akhi) suku yang saling bermusuhan selama berabad-abad, tempat berbagi sesama, penggalian dana dan pendistribusiannya, tempat penggemblengan calon pemimpin (kawah condrodimuko), tempat bermusyawarah dan tempat mewujudkan kesejahteraan bersama.

Oleh karena itu tugas imam shalat tidak sekedar memimpin shalat jamaah, tetapi mendidik, mengayomi dan mengarahkan ummat dalam segala aspek kehidupannya. Maka, seorang imam dan jamaah inti adalah orang yang dapat dipercaya dan terbaik (level inti) dari ummat. Imam masjid dituntut memiliki kemampuan manajerial yang tinggi dan memiliki komitmen untuk mengurbankan tenaga dan waktunya untuk memakmurkan masjid. Dengan standar demikian, dia mampu melaksanakan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya. (QS. at- Taubah (9) : 17).

Makmurkanlah Masjid-masjid

Memakmurkan masjid berarti membangun, memperkuat bangunannya dan memperbaiki bagian-bagian yang rusak (secara material), dan memakmurkannya dalam aspek immaterial (moril), mendirikan shalat, berdzikir, mencari ilmu dan aktifitas ibadah lain yang merupakan tujuan utama didirikannya. (QS. an-Nur : 36), (Tafsir al-Ahkam, Ali Ash Shobuni II). Abu Bakar Al Jashshash mengatakan, memakmurkan masjid itu mengandung dua pengertian yaitu : Berkunjung dan berdiam di masjid. Membangun dan memperbaiki bagian-bagian yang rusak. I’tamaro yang berarti ziarah, berkunjung. Misalnya kata ‘umrah, berarti ziarah ke Baitullah. (Ahkamul Quran, Al Jashshash, II : 87).

“Barangsiapa yang mencintai masjid, maka Allah mencintainya,” [HR. Thabrani].

“Barangsiapa yang mendirikan masjid karena Allah sekalipun sebesar sarang burung, maka Allah akan mendirikan sebuah rumah untuknya di surge.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah].

Secara jujur dan obyektif kita mengakui betapa masjid-masjid di tanah air mengalami kemandekan. Belum memainkan fungsi dan peranannya secara maksimal. Masjid tidak berdaya mengatasi problematika sosial kemasyarakatan. Orang meminta-minta di sekitar masjid, anak-anak jalanan, kenakalan remaja, belum bisa diantisipasi secara signifikan. Betapa keteladanan Rasulullah Saw, di masjid yang mempunyai kandungan manajeman tingkat tinggi, baru sebatas sebagai bahan diskusi, seminar dan forum-forum ilmiah. Salah satu fungsi masjid sebagai baitul mal, belum bisa diwujudkan, sehingga para pengemis di sekitarnya semakin meningkat jumlahnya. Sangat kontradiktif dengan bangunan phisik masjid yang megah, dengan pemandangan manusia yang berpakaian compang camping di sekelilingnya. Keindahan bangunannya tidak diimbangi dengan kesejahteraan dan kemakmuran jamaahnya.

Beberapa ormas Islam pernah mengusung “Gerakan back to masjid”. Hidayatullah beberapa pernah meluncurkan 1.000 dai di seluruh kabupaten dan propinsi di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah dan berbagai elemen bangsa, khususnya ummat Islam. Sebagai usaha mengentaskan krisis multidimensional yang menjerat bangsa. Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) juga meluncurkan program dai-dai pasca-sarjana dan doctoral dan mengisi masjid-masjid.

Masjid yang akan ditangani oleh para dai di seluruh tanah air tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah shalat, tetapi sebagai pusat kegiatan pendidikan, ekonomi, sosial budaya, informasi dunia Islam. Dengan demikian memakmurkan masjid memiliki fungsi yang sangat luas.

Pendirian Sekolah Terpadu, TPA/TPQ, perpustakaan multi media (al-Maktabah Asy-Syamilah), pembinaan remaja masjid, koperasi, poliklinik, unit penggalian dana dan pendistribusiannya, konsultasi, bantuan hukum, bursa tenaga kerja, sekolah, kantor, warnet, atau bank syariat adalah pengembangan dari fungsi penting sistem manajemen masjid. Mari kita kembali ke masjid, semoga di dalamnya kita menemukan kedamaian, kesejahteraan, persaudaraan yang hakiki yang selama ini kita dambakan. Juga menyelesaikan persoalan sosial diantara kita semua. Wallahu a’lam.

Oleh: Shalih Hasyim*
Penulis adalah kolumnis www.hidayatullah.com

Selasa, 16 Maret 2010

KAJIAN FIQIH " HAJI' 15 Maret 2010




Kajian Fiqih yang dilaksanakan setiap hari senin seusai shalat maghrib di Masjid Agung Karimun diikuti oleh hampir 200an jama'ah. Kajian Fiqih kali ini (15/3) membahas Bab Haji tentang sunnah thawaf. Pengajian dibawah asuhan Ustadz H. Abdul Wahab Sinambela ini bgerlangsung selama 45 menit. Antusias jama'ah untuk mendalami ilmu terlihat dari berbagai pertanyaan yang dilontarkan dan pembahasan yang sistematis serta mudah difahami membuat kajian ini menarik minat seluruh lapisan masyarakat baik remaja sampai orang tua.

Video Part 1 diatas dapat di download
atau pada Pengurus Masjid Agung Karimun, kontak Adi.

Sambungan Part 2 atau download di sini
Sambungan Part 3 atau download di sini
Sambungan Part 4 atau download di sini
Sambungan Part 5 atau download di sini
Sambungan Part 6 atau download di sini
Sambungan Part 7 atau download di sini

Terimakasih, Wassalamu'alaikum

Minggu, 14 Maret 2010

WAFATNYA, GRAND SYEIKH AL-AZHAR




Innalillahi wa inna ilaihi raji'un
.

Syeikhul Azhar, Syeikh Muhammad Sayyid Tantawi rahimahullah menghembuskan nafasnya yang terakhir di Riyadh, Arab Saudi pada usianya yang 82 tahun. Beliau wafat pada pagi hari, (Rabu) 10 Maret 2010 akibat serangan jantung sebagaimana yang diberbagai media, pada saat melakukan kunjungan ke Riyadh. Tujuan beliau ke Riyadh ialah untuk menghadiri majelis Anugerah Al-Malik Faisal. Ketika berada di Bandara Internasional Al-Malik Khalid, Riyadh, beliau terkena serangan jantung secara tiba-tiba spadahal sebelumnya beliau tidak mengeluh sakit apapun dan dalam keadaan sehat. saat itu, beliau dalam perjalanan pulang ke Kaherah. Beliau kemudian dibawa ke rumah sakit dan disanalah beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Puteranya, Amru Muhammad Sayyid Tantawi menyampaikan bahwa, keluarga sepakat bahwa ayahnya akan dikebumikan di Tanah Pemakaman Baqi' di Madinah Al-Munawwarah.

Profil Syeikh Muhammad Sayyid Tantawi rahimahullah

Syeikh Muhammad Sayyid Tantawi dilahirkan pada bulan Oktober tahun 1928 di Kampung Salim As-Syarqiyyah di Muhafazah Sohaj di So'id Misr. Beliau menghafaz Al-Quran dan belajar di Iskandariah/Alexandaria, Mesir.

Memperoleh PhD dalam bidang Hadith dan Tafsir pada tahun 1966 dengan pangkat Mumtaz (cemerlang). Bekerja sebagai tenaga pengajar di Fakultas Ushuluddin, kemudian beliau mengajar di Libya selama 4 tahun dan di Madinah Al-Munawwarah pula sebagai Dekan Kuliyyah Ad-Dirasat Al-'Ulya di Universitas Islam Madinah. Kemudian, beliau kembali lagi ke Kaherah.

Pada 28 Oktober 1986, beliau dilantik menjadi Mufti Kerajaan Negara Mesir. Pada tahun 1996, beliau dilantik menjadi Syeikhul Azhar.

Beliau merupakan salah seorang di kalangan ulama terkemuka di Al-Azhar yg mahir dalam bidang Tafsir dan mempunyai karya-karya ilmiah yang berkualitas.

Pribadinya

Syeikh Sayyid Tantawi walaupun seorang yang berkedudukan tinggi di dalam kerajaan Mesir, namun sedikit pun tidak memberikan kesan kepada kehidupannya. Malah terkenal sebagai seorang yang zuhud, tenang dan rendah hati. Karya tulis dari goresan kalamnya mampu menyentuh hati siapapun yang ingin memahaminya.

Syeikh Sayyid Tantawi merupakan seorang yang sangat gemar membaca dan terlalu asyik jika membaca, sehingga diceritakan beliau terpaksa menyuruh salah seorang pembantunya untuk menunggu dan mengingatkan kepada beliau apabila telah datangnya waktu sholat. Ini dikarenakan jika beliau membaca pada pagi hari, maka beliau akan selesai membaca jika telah masuk waktu shalat Zuhur. Ini adalah sesuatu yang rutin dalam kehidupan beliau.

Karya-karyanya

- Bani Israel fi Al-Quran wa As-Sunnah (1969)

- At-Tafsir Al-Wasit li Al-Quran Al-Karim (1972)
- Al-Qissah fi Al-Quran Al-Karim (1990)
- Muamalat Al-Bunuk wa Ahkamuha As-Syar'iyyah (1991)



Semoga Allah menempatkan beliau bersama para anbiya dan solihin. Amin.


KAJIAN AKHLAK - RIDHA KEPADA ALLAH 13 /3/10




Sambungan Part 2

Sambungan Part 3

Sambungan Part 4

Sambungan Part 5


Imam Syafi’i mengatakan :

Dan pandangan positif (‘Ain ar-Ridho) akan selalu tumpul dari setiap aib, sebagaimana pandangan negatif (‘Ain as-Syukht) akan selalu ingin membuka kejelekan orang lain.

Maksud dari statemen tersebut ialah agar dalam melihat atau memandang seseorang pandanglah dengan menggunakan pendekatan ’Ain ar-Ridho jangan menggunakan pendekatan ’Ain as-Syukht. Sebab jika kita memandang seseorang dengan ‘Ain ar-Ridho, maka segala keburukan dan kejelekan orang tersebut akan terhapuskan dari pandangan kita yang selalu positive thinking. Sehingga kita akan selalu memandang orang lain dengan pandangan yang positif. Meskipun orang yang kita pandang melakukan kesalahan, bukan kesalahan yang kita lihat, tapi nilai positif yang kita harus kita dapatkan dari kesalahan orang itu. Sebaliknya orang yang selalu memandang orang lain dengan pandangan negatif, maka ia akan punya pandangan bahwa siapapun orangnya meskipun dia telah berbuat kebenaran, pasti akan dicari kesalahan orang itu.

Begitu juga tatkala kita menyikapi masalah yang kita peroleh, bukan unsur negatifnya yang kita lihat tapi nilai positif yang harus kita pandang. Setiap permasalahan yang kita hadapi dalam hidup ini hendaknya kita sikapi dengan pandangan yang positif. Dengan memandang secara positif setiap masalah kita, maka kita akan mampu menemukan hikmah yang tersirat dari masalah tersebut.

Harus diakui bahwa kodrat manusia, adalah sangat subjektif dalam memandang suatu masalah atau persoalan. Tidak ada satu manusia pun yang benar-benar obyektif, yang obyektif hanya Allah SWT. Subjektifitas pandangan manusia tersebut perlu dihiasi dengan nilai-nilai ‘Ain ar-Ridho, sehingga di dalam memandang apapun persoalan yang kita hadapi, kita akan selalu menempatkan ‘Ain ar-Ridho sebagai penuntun pandangan kita. Termasuk ketika kita menyikapi berbagai persoalan yang sedang menghimpit kehidupan kita. Berbagai musibah, masalah, kesulitan hidup, problematika dapat kita sikapi dengan dengan pandangan yang positif. Apalagi di saat musibah sedang melanda negeri kita, terakhir bahkan banjir dahsyat menimpa ibukota Jakarta, yang menyebabkan banyak kerugian fisik dan materil bahkan juga banyak nyawa yang melayang akibat musibah ini.

Memang untuk merealisasikan hal ini, kita perlu banyak belajar bersikap positif dalam menghadapi berbagai cobaan yang kita hadapi di arena hidup dan gelanggang kehidupan ini. Mudah-mudahan kita bisa melaksanakannya. Amin.

Selasa, 09 Maret 2010

Jadikan Pedoman dan Sumber Ilmu


KARIMUN (BP) - Kafilah Kecamatan Meral berhasil mempertahankan juara umum MTQ Kabupaten Karimun yang dilaksanakan di halaman Masjid Agung. MTQ secara resmi ditutup oleh Bupati Karimun, Nurdin Basirun, Minggu (7/3) malam kemarin.


Kafilah Kecamatan Meral berhasil mendominasi juara pada setiap cabang yang diperlombakan. Di antaranya cabang Tilawah, Fahmil Quran, Syarhil Quran, dan Khatil Quran.


Bupati Karimun, H Nurdin Basirun mengingatkan kepada qari dan qariah pemenang jangan cepat berpuas diri. Masih ada tugas yang lebih berat yang harus diemban untuk mengharumkan nama Kabupaten Karimun. Yakni, MTQ Provinsi Kepri di Kota Batam pada April mendatang.


Di samping itu, Bupati mengingatkan, MTQ bukan sekadar perlombaan untuk mencari pemenang. Tetapi bagaimana, nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran dijadikan pedoman dan sumber ilmu pengetahuan menjalani kehidupan. ”Untuk Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ), saya minta terus melakukan terobosan untuk mencetak qari dan qariah andal. Yang tentunya, bisa membawa harum nama bumi berazam di tingkat provinsi, nasional maupun internasional,” tutur Nurdin Basirun.


Sementara Ketua Umum MTQ Kabupaten Karimun, H Anwar HS SAg MSi tidak menafikan, keterlibatan dan dukungan masyarakat dalam menyukseskan ajang kegiatan dua tahunan ini, begitu besar. Terutama yang selalu datang ke lokasi guna meramaikan dan memeriahkan arena MTQ.


”Untuk qari dan qariah yang berhasil, kita ingatkan untuk kembali mengasah kemampuan melalui latihan atau training centre yang dilaksanakan dalam waktu dekat. Ini tidak lain guna mempersiapkan diri menghadapi MTQ Provinsi Kepri di Kota Batam,’’ ujarnya. Camat Meral, Isnainie mengaku bersyukur atas keberhasilan Meral mempertahankan juara umum MTQ Kabupaten. (yud)

Sumber : Batam Pos

Rabu, 03 Maret 2010

Bazaar dan Pameran MTQ - V Kabupaten Karimun di Buka







Bazaar dan Pameran MTQ-V Kabupaten Karimun tahun 2010, resmi dibuka oleh Ketua Penggerak PKK Kabupaten Karimun, Ibu Hj. Noorlizah Nurdin Basirun (03/3). Pembukaan bazaar dan pameran yang berlokasi di Masjid Agung Karimun itu berlangsung dengan sederhana dan dihadiri unsur Muspida Kabupaten Karimun serta para tamu undangan. Bazaar dan Pameran ini diiukuti 53 stand dari berbagai instansi pemerintah dan masyarakat umum.
Sebelum pemotongan pita dilakukan, terlebih dahulu disampaikan kata sambutan oleh Bupati Karimun, Nurdin Basirun. Beliau mengharapkan bazaar dan pameran yang diselenggarakan pada MTQ-V Kabupaten Karimun ini dapat mempererat ukhuwah dan memajukan Kabupaten Karimun. Usai memberikan kata sambutan dan dilakukannya prosesi pembukaan bazaar dan pameran, Bupati beserta ibu dan rombongan beserta para tokoh masyarakat mengelilingi stand bazaar satu persatu. Ardi.

Selasa, 02 Maret 2010

Persiapan MTQ-V Kab. Karimun






Kesibukan menjelang digelarnya MTQ-V Kabupaten Karimun (03/3) tampak terlihat di Masjid Agung Kabupaten Karimun, yang merupakan pusat digelarnya perhelatan tersebut. Para peserta bazaar dan pameran bersama-sama menghias stand dengan ornamen dekorasi yang bernuansa Islami. Seluruh kecamatan dan beberapa institusi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karimun, ikut andil dalam memeriahkan acara tersebut.
Masjid Agung Karimun pun sama berbenah. Kebersihan dan segala fasilitas dipersiapkan guna kelancaran acara MTQ-V Kabupaten Karimun ini. Pengurus Masjid Agung Karimun pun ikut mengisi stand pameran dan bazaar, bersama LPTQ dan BMPG-TPQ.
Cuaca Karimun yang bersahabat walaupun dengan panas yang lumayan menyengat, tidak menyurutkan semangat masyarakat Karimun untuk menyukseskan acara MTQ-V ini.

GEMA AL-QUR'AN

Listen to Quran

MASJID AGUNG KARIMUN